Pengaturan Pembentukan Daerah Khusus dan Daerah Istimewa di Indonesia

Authors

  • Clinton Satria Hanas Universitas Nusa Cendana Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
  • Kotan Y. Stefanus Universitas Nusa Cendana Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
  • Yohanes G. Tuba Helan Universitas Nusa Cendana Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.59188/jcs.v3i12.2943

Keywords:

regional formation, particular region, special region, decentralization

Abstract

The lack of clarity regarding the determination of an autonomous region to become a special region and a special region even though the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia has been regulated in Article 18. But regarding how the mechanism and conditions that can be met by a region to be a special region and a special region do not have definite rules. This research is a normative legal research with statutory, conceptual, historical and comparative approaches that apply to determine the overall legal regulations. The results show that the regulation of the status of regions (symmetrical decentralization), special regions and special regions in Indonesia is regulated in Article 18 of the 1945 Constitution; The Local Government Act is a derivative arrangement of Article 18 although it regulates thoroughly about how the requirements for the formation of regions (symmetrical decentralization) but does not regulate the requirements for the formation of special regions and special regions in the Act such as regions (symmetrical decentralization), there is only recognition of special regions and special regions; So it is necessary for future laws to accommodate this.

 

References

Abduh, R. (2021). Kajian hukum rekam medis sebagai alat bukti malapraktik medis. De Lega Lata: Jurnal Ilmu Hukum, 6(1), 221–234.

Aminuddin Ilmar, S. H. (2016). Hukum tata pemerintahan. Prenada Media.

Anggraeni, R. D., & Maulana, A. M. A. (2019). Pengembangan Model Desentralisasi Asimetris Kawasan Perkotaan (Studi di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat). DECISION: Jurnal Administrasi Publik, 1(2), 118–143.

Ayyubi, M., Perwira, I., & Abdurrahman, A. (2023). The Juridical Impact of the Implementation of the Paradigm Regarding the Determination of the National Capital (IKN) of the Archipelago as an Asymmetric Region. JOELS: Journal of Election and Leadership, 4(2), 140–158.

Hadi, S., & Bernada, Y. S. B. (2015). Kedudukan Daerah K¬ husus Provinsi Papua dan Papua Barat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mimbar Keadilan, 278224.

Hayati, N. N. S., & Warjiyati, S. (2021). Analisis Yuridis Konsep Omnibus Law dalam Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 16(1), 1–18.

Hendratno, E. T. (2009). Negara kesatuan, desentralisasi, dan federalisme. Graha Ilmu.

Herdanareswari, I. (2024). Desentralisasi Asimetris Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Pada Daerah Otonomi Khusus Papua. JURNAL YUSTIKA: Media Hukum Dan Keadilan, 27(01), 1–23.

Huda, N. (2021). Desentralisasi Secara Umum dan Desentralisasi Asimetris di Indonesia. Nusamedia.

Juwita, R. (2020). Pemikiran Muhammad Natsir Dalam Memperjuangkan kembalinya RIS Ke NKRI 1945-1951. universitas jambi.

Kholik, N. (2022). Penentuan Dana Keistimewaan Yogyakarta antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012. Ahmad Dahlan Legal Perspective, 2(2), 130–152.

Labolo, M. (2014). Desentralisasi Asimetrik Di Indonesia (Peluang, Tantangan & Recovery). Wadi-Press.

Lambelanova, R., & Jaelani, R. (2022). Paradigma Baru Desentralisasi Asimetris Di Indonesia. IPDN JATINANGOR.

Nurdin, M. R. (2023). Urgensi Rencana Pembentukan dan Desain Daerah Istimewa Maluku Utara. Universitas Islam Indonesia.

Putra, R. (2018). Prospek Pembentukan Daerah Istimewa Sumatera Barat Dalam Koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia. Soumatera Law Review, 1(2), 335–359.

Ridwansyah, M. (2017). Upaya Menemukan Konsep Ideal Hubungan Pusat-Daerah Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal Konstitusi, 14(4), 838–858.

Risal, M. (2017). Kearifan Lokal Dalam Pembentukan Daerah Otonomi Baru Di Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kearifan Lokal Di Daerah Apau Kayan Kabupaten Malinau). Jurnal Administrative Reform, 4(2), 106–126.

Rizwan, M. (2022). Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan Asas Keislaman Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Rusdianto, S. (2013). Hukum Otonomi Daerah. Bandung: Penerbit Refika Aditama.

Susanto, S. N. H. (2019). Desentralisasi Asimetris dalam Konteks Negara Kesatuan. Administrative Law and Governance Journal, 2(4), 631–639.

Ulya, Z. (2014). Refleksi Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki Dalam Kaitan Makna Otonomi Khusus Di Aceh. Jurnal Konstitusi, 11(2), 371–392.

Wibawa, K. C. S. (2019). Penegasan politik hukum desentralisasi asimetris dalam rangka menata hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah di Indonesia. Administrative Law and Governance Journal, 2(3), 400–412.

Downloads

Published

2024-12-31

How to Cite

Satria Hanas, C., Y. Stefanus, K., & G. Tuba Helan, Y. . (2024). Pengaturan Pembentukan Daerah Khusus dan Daerah Istimewa di Indonesia. Journal of Comprehensive Science (JCS), 3(12), 5473–5484. https://doi.org/10.59188/jcs.v3i12.2943